Salah satu modifikasi pada motor yang banyak dilakukan adalah dengan mengganti Electronic Control Unit (ECU). Biasanya motor-motor injeksi mengganti ECU untuk mendapatkan performa yang lebih tinggi. Di pasaran pun terdapat banyak ECU dari berbagai merek seperti aRacer dan Juken.
Thomas William selaku Tuner dari Reisen Motoshop mengatakan di Indonesia pemahaman soal ECU masih minim. Banyak yang menyebutkan ECU dari aftermarket tersebut sebagai stand alone. Padahal ECU aftermarket dan stand alone benar-benar berbeda.
Foto: Brian
"Sebenarnya aRacer itu ECU yang fungsinya dibuat seperti piggy back, jadi dia bukan benar-benar 100% stand alone gitu. Kalau stand alone kan mau diisi apa saja terserah programmernya. Jadi dalam artian, base mapnya kosong, ignition timing kosong, dan itu diisi sendiri," ujar Willy sapaan akrabnya ketika ditemui di Bekasi beberapa waktu lalu.
Meskipun tidak dapat disetel sendiri, menurut Willy ECU aftermarket tersebut memang terinspirasi dari stand alone. Hanya saja dipermudah untuk penyetelannya karena minimnya pengetahuan. Oleh sebab itu, ECU model tersebut hanya hadir di pasar Asia saja.
Foto: Brian
"Kalau seperti aRacer itu juga sudah diisin, yang bisa dilakukan apa? Ya cuma menambahkan atau mengurangi mappingan yang sudah dibikin sama si pabrik. Jadinya plug and play karena dibuat berdasarkan motor dan bisa dimodifiaksi saja, mau naikin atau turunin, fungsinya sesederhana itu," paparnya.
"Itu untuk ECU yang dibikin di Asia gitu ya, contohnya aRacer, BRT juga sama. Dia sudah menyediakan ECU yang sesuai dengan motornya. Makanya ECU dihadirkan untuk motor ini, motor itu, karena orang Asia masih minim pengetahuan untuk set up," lanjut Willy.